ING KUTHO MADHIOEN

Welcome di komunitas SMPN 2 Kota Madiun

Sekitar sejarah peristiwa tahun 1948 di Madiun tempo dulu

ASRAMA MAS TRIP MADIUN

DI SMP KOTA  MADIUN DISERBU FDR/PKI

Tahun 1948

gebang

Welcome to SMPN 2 Kota Madiun

Berbicara tentang kesatuan Tentara Repubik Indonesia Pelajar ( TRIP ) Madiun kita tidak bisa meninggalkan peranan SMP Negeri 2 Madiun yang juga punya nilai sejarah tersendiri bagi pejuang pelajar khususnya MAS TRIP di Madiun.

Mr. Hendri Sutikno

Kepala SMPN 2 Kota Madiun(Drs. Hendri Sutikno) saat Workshop di Malaysia

SMP Negeri 2 Madiun berdiri berdasarkan Keputusan dari kementrian P dan K yang saat itu dijabat oleh Mr. Ali Sastroamijoyo dengan keluarnya SK no: 5103/B ,tgl : 27 Agustus1946. Dimana pada waktu sesudah proklamasi kemerdekaan RI bernama SMP Kota dan menempati eks gedung HCS ( Holandch Chinnessch School ). Kemudian pada tanggal 17 September 1946 nama SMP Kota diganti menjadi SMP Negeri 2 Madiun. Yang pada saat itu dbawah pimpinan Bpk. Soetjipto sebagai kepala sekolah yang pertama.

Tahun 1947 terjadi agresi Belanda ke 1, dimana waktu itu Kota Madiun dibanjiri pengungsi dari daerah Surabaya, Keresidenan Besuki dan sekitarnya.Dalam rombongan pengungsi tersebut terdapat pasukan TRIP dari Batalyon 1000 di bawah pimpinan sdr. Koesoemo Hadi.Sedangkan waktu itu di Madiun sudah ada Batalyon 2000 pimpinan sdr. Achmad Effendi ( mbah Onggo ) yang anggota- anggotanya tediri dari pelajar -. pelajar kota Madiun dan Bojonegoro. Anggota -anggota ini tidak di asramakan tapi tinggal di rumah masing – masing atau di rumah tempat kost mereka.

Dengan terjadinya perubahan- perubahan situasi, maka struktur organisasi TRIP di rubah menjadi “Komando- Komando”. Batalyon 1000& 2000 dilebur menjadi komando I di bawah pimpinan sdr. Koesoemo Hadi dan dengan ijin dari walikota Madiun maka markas komando I TRIP menempati markas eks Batalyon 2000 yaitu di ujung jalan Raya dekat simpang empat tugu.

Sampai dengan ujian akhir SMP tanggal 4 Juli 1947 tidak terjadi sesuatu yang menonjol,kecuali beberapa hal seperti tempat belajar dipindahkan ke “speeloods” (ruang senam / olah raga ) dengan diberi sekat gedeg (anyaman dari bambu). Ruang ini jika pagi dipakai kelas, siang untuk ruang makan dan malamnya untuk ruang tidur dengan bangku sekolah sebagai tempat tidurnya.

Tanggal 11 Agustus 1948 ketika kepala perwakilan RI di Chekoslowakia datang ke ibukota RI di Jogja turut serta seorang sekretarisnya yang mengaku bernama Soeparto. Orang ini ternyata kemudian hari diketahui bernama “Muso” tokoh PKI yang turut memberontak tahun 1928. ketika pemberontakannya gagal ia lari ke Rusia dan pada kesempatan ini ia menyusup kembali ke Indonesia untuk memperkuat PKI.Sementara itu pimpinan TRIP Komando I beralih dari sdr. Koesoemo Hadi kepada sdr. Soegito Ambon dengan kepala staffnya sdr. Sabar Koembino dan pimpinan pasukan dipegang sdr. Soekamto Sajidiman.

Tanggal 1 September 1948 di Solo terjadi kekacauan yaitu penculikan & pembunuhan Dr. Moewardi,pemogokan buruh di pabrik Delanggu Solo. Peristiwa ini merupakan peristiwa besar yang dijadikan “ test case” oleh PKI untuk mengetahui sampai dimana reaksi,kekuatan & wibawa pemerintah RI. Strategi ini dimaksudkan agar perhatian pemerintah tertuju pada kota Solo,sehingga diharapkan konsentrasi pasukan RI ada di sekitar kota Solo. Setelah peristiwa di Solo yang dianggap sebagai proolog selesai,FDR/PKI mulai mengadakan perebutan kekuasaan dengan didukung oleh Brigade 29 yang hampir seluruh anggotanya berasal dari laskar pemuda sosialis Indonesia

( PESINDO ). Brigada 29 ini sebelumnya bermarkas di Kediri kemudian dipindahkan untuk menguasai Keresidenan Madiun.

Tanggal 18 September 1948 laskar PESINDO di bawah PKI mengambil alih kekuasaan Pemerintah RI di Madiun dengan kekuatan bersenjata. Hampir semua kesatuan bersenjata & posisi penting di Madiun serta unit –unit Kecil dari Devisi Siliwangi dilucuti dan dikuasai PESINDO, Namun markas komando I & asrama TRIP terhindar untuk sementara waktu. Pesindo berharap dengan popularitas & wibawa yg diperoleh mereka akan ditakuti dan akhirnya para pelajar ini akan mudah dapat dibujuk untuk bergabung dengan mereka. Namun pendapat mereka ternyata salah besar, para pelajar khususnya TRIP menyatakan tetap setia pada pemerintah RI dan menolak tegas bergabung dengan FDR/PKI.

Tanggal 18 September 1948 ketika PESINDO melucuti kesatuan – kesatuan bersenjata, satu kelompok pasukannya bergerak melalui belakang asrama TRIP dgn sasaran mess perwira Devisi Siliwangi yang berada di selatan asrama TRIP. Saat itu ada satu senapan laras panjang,satu bren ( senapan mesin ) dilemparkan melalui pagar tembok oleh 3 anggota TRIP yg diterima oleh laskar PESINDO.kehilangan senjata ini baru diketahui kemudian dan setelah mendapat kepastian sensata-senjata tersebut dicuri anggotanya sendiri maka pada tgl 22September 1948 diadakan apel pagi seluruh anggota. Dalam apel itu dijelaskan peristiwa tentang hilangnya senjata & akhirnya dibuat ikrar di bawah bendera Merah Putih yang isinya akan mengampuni anggota yang berkhianat bila sebelum jam 12.00 siang mengembalikan senjata tersebut dan sebaliknya akan menghukum dengan menembak mati jika sampai jam 12.00 siang senjata tersebut tidak dikembalikan, kemudian setelah apel mereka diperbolehkan‘”Gaes” (pesiar/tamasya) keluar sampai jam 12.00 siang.

makam muldjadi anggota TRIP yg gugur di halaman SMPN 2 KOTA MADIUN

Makam Mulyadi anggota TRIP yang gugur di TMP Kota Madiun

Sedang sdr. Danar Doenoes ketika melihat ada penyerbuan,segera lari menyelamatkan diri ke lapangan. Waktu itu sebagian besar anggota TRIP sedang istirahat atau tidur siang. Mereka terkejut dan terbangun karena diperintahkan keluar kamar dengan teriakan & tembakan. setelah itu mereka disuruh jalan jongkok dgn tangan ke atas untuk berkumpul di tempat apel. Salah satu anggota PESINDO memanggil 3 nama anggota TRIP untuk keluar dari kelompok yaitu Soenarjo,Soerojo dan Alex Legowo untuk bergabung dengan PESINDO. Barulah diketahui dengan pasti siapa pengkhianat yang mencuri senjatanya sendiri.Selanjutnya mereka menawan 8 orang yg dianggap pimpinan dan di bawa ke markas PESINDO di jalan raya dekat markas komando I TRIP. Lalu pada hari selanjutnya mereka dibawa ke penjara Kletak ( Sekarang LAPAS kota Madiun ).

foto-mbah-yusuf-musdi3

MASTRIP JATIM 1947-1950 (eyang Yusuf Musdi duduk kiri)alumni SMPN 2 Kota Madiun

Tanggal 24 September 1948 pagi bertebaran di seluruh penjuru kota Madiun ribuan pamflet yang berisi sikap anti Muso dengan FDR/PKInya. Walaupun FDR/PKI menduga gerakan ini ulah para pelajar mereka tidak pernah dapat membuktikan apalagi menangkap pelakunya.Bahkan sebenarnya para pelajar kota Madiun diam-diam menggalang teman-temannya di Magetan untuk ikut serta memusuhi FDR/PKI. Menyadari situasi yang mulai memanas FDR/PKI segera mengambil tindakan preventif dan proaktif agar memanasnya suasana di kalangan pelajar dapat diredam.

prasasti-trip DI HALAMAN SMPN 2 KOTA MADIUN

monumen TRIP di halaman SMPN 2 Kota Madiun

Pihak penyelenggara terkejut & panik melihat reaksi spontan massa. Mereka tidak mengira rapat itu justru jadi boomerang bagi mereka karena muncul berbagai unjuk rasa dalam rangka menentang FDR/PKI. Merasakan situasi tidak menguntungkan rapat tersebut segera dibubarkan tanpa hasil apapun. Namun massa pelajar ternyata tidak mau bubar tapi malah bergerak dalam iring-iringan menuju Taman Makam Pahlawan tempat sdr. Moeljadi dimakamkan. Seusai dari TMP massa kembali bergerak sambil meneriakkan yel-yel yang bernada mengejek & melecehkan FDR/PKI. Bahkan ketika didepan markas PESINDO yang sudah Siap sensata & mengancam siapa saja yang menghina pemerintah mereka, teriakan dan yel-yel ini justru semakin keras bahkan menantang Pesindo untuk menembak mereka. Untunglah peristiwa ini tidak jadi meletus menjadi pertumpahan darah.

FDR/PKI yakin bahwa kerusuhan ini digerakkan oleh anak-anak TRIP yang ada dalam kota sehingga pada tanggal 28 September 1948 tujuh anggota TRIP ditangkap atas petunjuk 3 orang yang berkhianat. Ke 7 orang tersebut dibawa ke desa Kresek Kec. Wungu dan ditawan bersama tawanan yang lain, yang pada akhirnya waktu terjadi kepanikan karena serangan dari Siliwangi ke Madiun untuk menumpas FDR/PKI. Seluruh tawanan di Kresek dihabisi dengan menembak membabi buta. Untunglah saat terjadi pembantaian tersebut sdr. Soeprapto lolos dari maut dengan cara berlindung di balik lesung ( alat penumbuk padi ) Namur ke 6 temannya gugur. Jenasah mereka dapat ditemukan dan di makamkan di TMP. Ke 7 orang pelajar yang gugur dari kesatuan TRIP Komando I ini nama-namanya kemudian diabadikan pada monumen di depan halaman SMP Negeri 2 Madiun dan Di Jalan Mas TRIP untuk mengenang jasa-jasa dan semangat kepahlawanan mereka semua.

Tanggal 30 September 1948 kota Madiun dapat direbut kembali oleh pasukan pemerintah RI. Pemimpin – pemimpin FDR/PKI banyak tertangkap bahkan anggota TRIP yang berkhianatpun berhasil ditangkap dan akhirnya dihukum tembak mati di salah satu tempat pemakaman umum di Dungus. Anggota TRIP yang ditawan di asrama SMP Negeri 2 ditinggal lari begitu saja oleh pasukan FDR/PKI yang tugas jaga ketika pasukan pemerintah mulai memasuki Madiun. Kemudian TRIP bersama lascar yang lain dilibatkan untuk pengejaran pasukan FDR/PKI yang sedang melarikan diri.

Kesulitan pemerintah RI belum berakhir, baru saja pemberontakan FDR/PKI dapat dipadamkan,pada tanggal 19 Desember Belanda melakukan agresi ke II dimana pada saat itu anggota TRIP yang duduk di kelas 3 sedang menempuh ujian akhir tapi belum selesai semuanya. Agresi Belanda ke II ini membuat para anggota TRIP segera melakukan konsolidasi dan melakukan perlawanan terhadap Belanda . Para anggota TRIP Komando I yang nota bene banyak siswa dari SMP Negeri 2 Madiun telah benar-benar menunjukkan darma baktinya kepada ibu pertiwi dengan rela dan ikhlas berkorban jiwa dan raga demi membela kemerdekaan Indonesia. Beberapa anggota TRIP gugur di berbagai front pertempuran daerah Madiun waktu melawan Belanda, seperti palagan Pagotan dan lain-lain. Walaupun mengalami kendala dan kesulitan mereka tetap berjuang sampai titik darah penghabisan. Semangat inilah yang harus diwarisi oleh semua generasi muda khususnya para pelajar di Kota Madiun  yang nantinya akan menjadi penerus perjuangan bangsa.

SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA

SEMBOYAN MAS TRIP :Perjuangan ‘kan kuteruskan sampai akhir jaman

Sumber Pustaka:

1. Riwayat singkat SMP Negeri 2 Madiun

2. Cuplikan sejarah perjuangan MAS TRIP di SMP N 2 Madiun

Narasumber pelaku kejadian :

  1. Letjend.Pol (purn) Drs. Sabar Koembino
  2. Brigjend.TNI (purn) M. Ardito
  3. Brigjend. Pol (purn) Soetrisno Ilham
  4. Gangsar S.Joewono
  5. Soenarji M.
  6. Yayok Koesoemo Haryo
  7. Alm. Martaka Drama
  8. Kol. AL. (purn) Oemarijoto
  9. Kol. AD. (purn) Ir. Harjono
  10. Kol. AU. (purn) Soeripto
  11. Alm.Soejitno
  12. Yusuf Musdi
  13. R. Soekamto

April 13, 2009 - Posted by | TRIP Jawa Timur

4 Comments »

  1. bersyukur banget hr ini bs baca sejarah berdirinya SMP 2 Madiun..,sekolah yang menjadi kenangan terindah bagiku tempat dimana aku dapat ilmu dan cinta pertamaku he..he..
    Btw knp waktu sekolah kmrn sejarah ini tdk pernah diuraikan ke siswa ya?

    Comment by NENI ERYANI | July 10, 2009 | Reply

  2. I’m proud to my daddy…because his the one of source above..his name is Kol. AL ( Purn ) Oemarijoto.

    Comment by Freddy Jogatama | August 19, 2009 | Reply

  3. pak, da bahan tentang PKI di Tirtomoyo gak ya?

    Comment by ismu | August 25, 2009 | Reply

  4. Telah Berpulang ke ramatullah Ayah kami tercinta Kol Laut (Purn) H. oemarijoto pada tanggal 10 Maret 2010 Pukul 17.40 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta dikarenakan sakit. Jenazah Dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta….

    Comment by Freddy Jogatama | March 13, 2010 | Reply


Leave a comment